Moving Average (MA) Merupakan indikator yang paling sering digunakan dan paling standar. Jika di Indonesiakan artinya kira-kira adalah rata-rata bergerak. MA digunakan para teknikal analisis untuk memperhalus fluktuasi pergerakan harga dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai tren pergerakan harga. MA sendiri memiliki aplikasi yang sangat luas meskipun sederhana. Dikatakan sederhana karena pada dasarnya metode ini hanyalah pengembangan dari metode rata-rata yang biasa kita kenal secara umum
Ada berbagai tipe MA yaitu Simple Moving Average (SMA), Weighted Moving Average (WMA) dan Exponential Moving Average (EMA atau XMA). Masing-masing merupakan metode rata-rata bergerak, hanya saja cara me-rata-ratakannya yang berbeda satu sama lain.
Simple Moving Average (SMA)
Simple Moving Average (SMA) banyak digunakan para teknikal analisis karena merupakan tipe yang paling sederhana tetapi cukup efektif. SMA dibentuk dari rata-rata harga atas beberapa jumlah periode. Paling sering, harga penutupan digunakan untuk menghitung Simple Moving Average ini. Sebagai contoh : suatu pergerakan selama 10 hari, moving averagenya akan dihitung dengan menambahkan seluruh harga penutupan untuk 10 hari dan membagi total oleh 10.
Contoh lain yang lebih jelas: Jika terdapat nilai data 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 dan 30. Kemudian saya akan menerapkan metode SMA dengan 3 periode dan 4 periode maka hasilnya akan seperti ini:
Nilai Data
| SMA 3 periode
| SMA 4 periode
|
23 |
|
|
24 |
|
|
25 | = (23+24+25)/3 = 24 |
|
26 | = (24+25+26)/3 = 25 | (23+24+25+26)/4 = 24.5 |
27 | = (25+26+27)/3 = 26 | (24+25+26+27)/4 = 25.5 |
28 | = (26+27+28)/3 = 27 | (25+26+27+28)/4 = 26.5 |
29 | = (27+28+29)/3 = 28 | (26+27+28+29)/4 = 27.5 |
30 | = (28+29+30)/3 = 29 | (27+28+29+30)/4 = 28.5 |
Nilai-nilai hasil perhitungan SMA (rata-rata) ini, bila dihubungkan maka akan membetuk satu garis. Perhatikan gambar garis SMA dengan periode 5 berikut diambil dari data pergerakan harga GBPUSD grafik harga 30 Menit:
Penggunaan SMAAda beberapa kegunaan dari SMA. Secara garis besar dapat digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Menentukan trend yang akan terjadi.
2. Menentukan titik support dan resistance.
3. Memuluskan indikator lain yang terlalu bergerigi.
Coba lihat lagi gambar di atas, terlihat bahwa apabila harga bergerak naik, garis SMA berada dibawah dari candlestick dan sebaliknya bila harga bergerak turun maka garis SMA berada diatas candlestick. Tentu saja penerapan periode yang tepat amat membantu disini. Apabila terjadi crossing antara harga dengan SMA, dapat kita ketahui bahwa akan terjadi perubahan arah trend.
Sekarang bagaimana kalau kita menggunakan dua buah garis SMA dengan dua periode yang berbeda? Perhatikan gambar di bawah garis SMA dibentuk dari nilai SMA 5 dan SMA 20.
Dengan penggunaan dua garis SMA dengan dua periode yang berbeda kita dapat lebih akurat lagi memprediksikan kemana harga akan bergerak. Apabila telah terjadi perpotongan antara harga dengan kedua SMA maka akan dipastikan harga kan berubah arahnya. Dengan demikian kita memiliki tiga buah perpotongan garis yaitu perpotongan antara SMA 5 dan SMA 20 dan perpotongan SMA 5 dengan harga serta perpotongan SMA 20 dengan harga. Dapat kita catat bahwa apabila rentang antara kedua SMA semakin besar maka kemungkinan trend akan terus berlangsung dan bila mulai terjadi penyempitan jarak diantara keduanya dan sampai terjadi perpotongan kembali, bisa disimpulkan bahwa trend sudah berakhir. Mudah bukan?
Lalu bagai mana dengan periode? Sayangnya sampai saat ini belum ada aturan pencarian periode yang tepat untuk dipakai. Memang perlu banyak-benyak berlatih dan mencoba (trial and error). Perlu Anda catat bahwa penggunaan periode dapat berubah-ubah menurut kebutuhan meskipun pada pair yang sama karena memang kondisi sebuah mata uang adalah dinamis dari waktu kewaktu.
Nah, saya sarikan penggunaan SMA untuk membaca trend dalam bentuk tabel sbb:
No | Posisi SMA | Arti |
1 | SMA berada dibawah harga. | Kondisi bullish / trend naik. |
2 | SMA berada diatas harga. | Kondisi bearish / trend menurun. |
3 | SMA memotong harga dari bawah. | Perubahan trend menuu bearish. |
4 | SMA memotong harga dari atas. | Perubahan trend menuju bullish. |
5 | SMA periode lebih pendek memotong SMA periode lebih panjang dari bawah. | Perubahan trend menuju bearish. |
6 | SMA periode lebih pendek memotong SMA periode lebih panjang dari atas.
| Perubahan trend menuju bullish. |
7 | SMA dengan periode lebih panjang berada diatas SMA berperiode lebih pendek.
| Kondisi bearish / trend menurun. |
8 | SMA dengan periode lebih panjang berada dibawah SMA berperiode lebih pendek.
| Kondisi bullish / trend naik
|
MA dapat digunakan untuk menentukan arah trend, untuk menentukan proteksi, untuk masuk atau keluar (entry maupun exit) untuk meratakan (smoothing) gerakan-gerakan harga yang terlalu kasar, untuk sinyal konfirmasi dengan menggunakannya sebagai sinyal CrossOver,dsb.
Moving average adalah suatu indikator masa lampau dan selalu berada di belakang harga. Dikarenakan moving average ini adalah indikator masa lampau, maka indicator ini akan berguna apabila harga sedang mengikuti trend. Dimana kalau harga sedang cenderung mengikuti trend maka indicator ini akan sangat berguna. Namun apabila harga sedang/cenderung tidak ada trend maka indicator ini tidak terlalu pas untuk digunakan.
Labels: Analisa Teknikal