Pertanyaan pertama yang timbul di benak kita adalah apakah perbedaan SMA dengan WMA? Tentu saja ada perbedaannya. Cukup berbeda sehingga diklasifikasikan menjadi dua bagian. Tidak cukup banyak berbeda sehingga nama mereka mirip karena menggunakan metodologi yang sama, hanya caranya yang berbeda.
Bayangkan begini: Manakah harga yang memiliki bobot penekanan yang lebih besar dalam memprediksi harga didepan, harga satu jam terakhir yang kita miliki atau harga dua bulan lalu yang kita miliki? Tentu saja yang satu jam terakhir. Paling tidak pergerakan harga tidak satu jam terakhir akan lebih representatif dalam memprediksi harga didepan apabila dibandingkan dengan harga dua bulan yang lalu.
Atau jika kita aplikasikan dengan kehidupan sehari-hari, ambillah kita akan membeli sebuah telepon genggam. Tentu saja kita akan mencari tahu harga telepon genggam tersebut dalam rentang waktu terakhir. Nah, mungkin kita akan lebih memperhatikan harga satu hari yang lalu dibandingkan harga dua minggu yang lalu karena menurut hemat kita pastilah pergerakan harga tidak akan berbeda jauh dengan harga satu hari lalu.
Bobot penilaian inilah yang diatur oleh WMA. Pada SMA, bobot setiap harga baik dua minggu lalu atau pun dua hari yang lalu memiliki bobot penilaian yang sama. Pada WMA data terakhir memiliki bobot yang lebih besar nilainya dibandingkan harga-harga sebelumnya.
Pembobotan nilai pada WMA akan tergantung pada panjang periode yang kita tetapkan. Semakin panjang periode yang ditetapkan, maka semakin besar pula pembobotan yang diberikan pada data terbaru. Perhatikan tabel sederhana dibawah:
No | Data | Bobot WMA untuk 2 periode
| Bobot WMA untuk 5 periode
| Bobot WMA untuk 7 periode
|
1 | 20
|
|
|
|
2 | 25
|
|
|
|
3 | 28
|
|
| 1 |
4 | 23
|
|
| 2 |
5 | 24
|
| 1 | 3
|
6 | 22 |
| 2 | 4 |
7 | 21
|
| 3 | 5 |
8 | 20
| 1 | 4 | 6 |
9 | 19 | 2 | 5 | 7 |
Dari sini terlihat pada WMA dengan 2 periode, maka dua data terakhirlah yanga akan dihitung. Semakin besar periode maka data terakhir akan semakin besar bobot penilaiannya.
Dalam bentuk matematis, WMA dirumuskan sebagai berikut:
Sebagai contoh, mari kita hitung WMA untuk 8 periode:
No | Data
| Bobot
| Data x Bobot
| WMA untuk 8 periode
|
1 | 25
| 1
| 25
|
|
2 | 26
| 2
| 52
|
|
3 | 23
| 3
| 69
|
|
4 | 27
| 4
| 108
|
|
5 | 29 | 5
| 145
|
|
6 | 23
| 6
| 138
|
|
7 | 21
| 7
| 147
|
|
8 | 20
| 8
| 160
| = 844/36 = 23,44 |
|
| 36
| 844
|
|
Nah, tidak sulit bukan. Ini hanyalah untuk menjawab pertanyaan Anda dari mana sebenarnya perhitungan WMA itu diperoleh. Pada kenyataannya kita tidak perlu lagi melakukan perhitungan manual seperti ini dan mengeplotnya satu per satu pada kertas bergaris. Cukup dengan menggunakan software Streamster pada kita langsung dapat mengetahui nilai WMA untuk setiap harga mata uang.
Aplikasi WMA
Secara keseluruhan, peraturan pada WMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut ringkasannya:
No | Posisi WMA | Arti |
1 | WMA berada dibawah harga. | Kondisi bullish / trend naik. |
2 | WMA berada diatas harga. | Kondisi bearish / trend menurun. |
3 | WMA memotong harga dari bawah. | Perubahan trend menuu bearish. |
4 | WMA memotong harga dari atas. | Perubahan trend menuju bullish. |
5 | WMA periode lebih pendek memotong WMA periode lebih panjang dari bawah.
| Perubahan trend menuju bearish. |
6 | WMA periode lebih pendek memotong WMA periode lebih panjang dari atas.
| Perubahan trend menuju bullish. |
7 | WMA dengan periode lebih panjang berada diatas WMA berperiode lebih pendek.
| Kondisi bearish / trend menurun. |
8 | WMA dengan periode lebih panjang berada dibawah WMA berperiode lebih pendek.
| Kondisi bullish / trend naik. |
Nah, gambar dibawah ini adalah aplikasi dalam memprediksi trend yang akan terjadi dengan menggunakan WMA. Cara penggunaannya sama persis dengan penggunaan pada SMA.
Terlihat WMA lebih responsif dalam memprediksi perubahan trend pada USD/GBP. Setiap titik peralihan trend tepat berada pada candlestick terakhir trend yang sedang berlangsung. Perhatikan juga pada gambar di atas akan terjadi kembali perubahan trend dari bullish menuju bearish. Dalam hal ini pemilihan periode yang tepat juga berpengaruh pada presisi penentuan trend.
Labels: Analisa Teknikal